Jumat, 19 November 2010

YO-YO M@N

PADA umur ke 25, saya mengenal yo-yo dan telah mewarnai kehidupan saya hingga saat ini. Begitulah ungkapan Oke Rosgana mengawali perbincangan dengan saya kemarin malam.
Rupanya bapa yoyo Indonesia ini, mengakrabi permainan sarat keterampilan itu di usianya yang telah matang. Tetapi baginya tidak ada kata terlambat untuk belajar. Boleh jadi filosopi dan keyakinan itulah yang membawanya meraup sukses hingga menjelama sebagai Yo-yo Man Indonesia. Tentunya pusarannya sudah mendunia. Tidak hanya seantero negeri ini, tetapi telah menjamah belahan benua lainnya, seperti Sudan-Afrika, Amerika dan negara-negara di Asia.
Sebuah benda berbenruk silinder dengan celah di tengah untuk dikaitkan tali, rupanya yang
mengantarkan pria kelahiran Bandung, 20 Oktober 1975 ini dapat melihat dunia yang lebih luas.
"Pertama kali bermain Yo-yo pada tahun 2000. Ketika itu saya hanya bermain sendirian dan terinspiasi pemain yo-yo dunia. Saat itu ada kontes memainkan Yoyo untuk mendapatkan hadiah Yo-yo seharga Rp 1 juta," katanya.
Karena tantangan itulah, lulusan ITB 1995 ini lalu membeli Yo-yo Rp 100.000 yang
digunakannya untuk belajar. Baginya dengan harga Rp 100.000 cukup mahal untuk ukuran Yo-yo yang dikenalnya sebagai mainan tradisional.
Kerja keras dan latihan demi merebut Yo-o Rp 1 juta itu, membuahkan hasil manis.  "Sejak itu, kecintaan saya dengan permainan Yoyo semakin besar dan terus belajar dan menularkan virus yo-yo dalam komunitas yang ketika itu masih terbatas. Dan pada 2005 saya dengan beberapa teman pecinta Yo-yo di Jakarta kemudian membentuk komunitas Yo-yo In," kata suami Milda Halida.
Pada 2005, pegawai Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Subang ini mulai menapaki pentas
Yo-yo Internasional dengan mengikuti Asia Fasifik Yo-yo Contes di Malaysia. Pria yang tidak pernah melepas topinya ini, menjadi satu-satunya wakil dari Indonesia. Boleh jadi, debutnya di Negeri Jiran 5 tahun lalu itu yang kini mengantarkan Oke sebagai Hero Yo-yo Indonesia yang sejajar dengan Yo-yo master dari negara lainnya.
Berkat ketekunannya menularkan virus yo-yo, kini komunitas yo-yo telah berkembang di
sejumlah kota di Indonesia, tidak hanya di Jakarta tetapi di Bandung, Cimahi, Palembang, Purwakarta, Semarang, Yogyakarta, Subang, Samarinda serta daerah lainnya.
"Dengan banyaknya komunitas, maka eksistensi pemain Yo-yo memiliki wadah dan penyaluran yang tepat melalui banyak event yang digelar. Untuk melahirnya para pemain baru yang sarat bakat," kata Oke
yang dinobatkan ke dalam 30 pemuda Indonesia yang masuk sejarah, saat perayaan Hari Sumpah Pemuda baru-baru ini di Kemenpora.
Selain menjadi juri dalam kontes Yo-yo di banyak negara, juga desainer Yo-yo, Oke dapat
merengkuh suksesnya sebagai duta pariwisata. Karena, dalam setiap perjalannya, ia pun tidak
lupa menyebarkan brosur parawisata Indonesia teruatama Kab. Subang tempatnya bekerja. (Cucu Sumiati/"GM")**



Perjalanan Oke dalam pusaran Yo-yo
-Januari 2000 belajar Yo-Yo, terinspiransi pemain Yo-yo dunia Yo Hans.
- Mengikuti Indonesian ProYo Demonstrator Thn 2000 di Pasar Seni ITB, dan langsung menjadi
juara.
- 2005 membentuk komunitas Yo-yo Indonesia (Yo-in)
- 2005, mengikuti Asia Fasifik Yo-yo Contest
- 2006, mulai menjadi juri dalam kontes yo-yo di Sudan Afrika.
- Mendirikan usaha desiner Yo-yo Indonesia di
www.rosyo.com
- Mendemonstrasikan permainan Yo-yo di Khartoum, Sudan, 2006, 2007,  2008
- 2007, juara DUNCAN Proyo Pog Contest 2007 Hspin Family (yo-yo factory from Switzerland)
- Chairman of Jakarta Yo-Yo Contest 2007
- 2006-2010 menjadi tamu dalam beberapa program televisi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar