Sabtu, 06 November 2010

Me vs Deadline

 MENULIS tidak terpisahkan dalam kehidupanku. Sekedar keisengan atau memang karena kebutuhan, membuat aku harus menulis. Seperti tulisanku di bawah ini, aku menemukannya di antara coretan-coretanku yang tidak berimba. Bahkan aku tidak ingat kapan aku menulisnya. Paling tidak, tulisanku mewakili perasaanku saat itu, salah satunya bercerita tentang deadline. Maka aku menulis judul, Me versus Deadline.
Tidak salahnya jika aku menampilkannya di blog ini. Sekedar membacanya dengan ditemani secangkir teh hangat, ketika hujan pun mulai lebat,,Sabtu (6/11).

HAMPA
Kembali sepi menertawakan kesendirianku...
Dalam kuasa yang terbatas
Saat cinta tidak berbalas
Ingin hilang saat  jiwa tidak lagi berbentuk
Ingin terbang tapi raga telah remuk
Hanya pasrah dalam guratan takdir
Memeluk rasa
Menjamahnya dan bercengkrama
Sampai aku tenggelam
Bercinta dengan air mata tanpa harus mengiba (by: ucu)


KEMARIN DAN HARI INI
Kemarin dan hari ini aku masih seperti ini
dengan nada dan suara yang sama
tentang sepi, sendiri dan rasa hampa
bukankan aku punya hak untuk bahagia

Kemarin dan hari ini aku masih seperti ini
Tentang cerita kehilangan
Tentang rasa yang terabaikan
Tidak dibela dan disia-siakan

Kemarin dan hari ini aku masih seperti ini
Membangun mimpi lalu sekejap menghapusnya
Tanpa banyak kata juga tanpa suara
Jika kelak dapat membuatku bahagia (by. Ucu)

TENTANG PL
Perempuan itu cantik, dan aku punya duit
Jadi apa masalahnya?
Urusannya beres kan,
Aku menyukainya dan dia butuh uangku
Jadi apa masalahnya?
Sudahlah, ini kehidupan sayang
Bukankah hidup tidak lebih dari deretan kekonyolan



Deadline (part I)
Kunikmati saja hidup yang penuh tekanan ini
Meskipun dunia terasa mengecil
Dan jarum jam tidak bersahabat
Hentakannya memaksa seluruh cerita tentang kehidupan
Menyerah pada batas waktu pada keterbatasan waktu
(Besok dan hari-hari mendatang Selalu tidak bisa cepat pulang) (by. Enton Supriatna)

Deadline (part II)
Andai bumi dapat berputar lebih lama
Andai sinar matahari kunikmati panjang
Andai malam tidak terlalu cepat berganti pagi
Andai poros bumi memiliki jeda dalam putarannya
Andai detik jam sejenak berhenti berdetak
Karena aku sedang ingin bebas
Lepas dari rutinitas
Ijinkan aku sebentar bermalas
Melupakan segala abdi dan tugas


Deadline (Part III)
Aku, kamu dan dia sama saja
Kita pemburu berita
Hari ini ada agenda apa ya?
Koq belum ada TKP,
Padahal mentari terus bergerak ke ufuk barat
Pembunuhan, perampokan, pemerkosaan, apa lagi libur?
Para pelaku kejahatan ternyata sudah kompromi
Mereka tidak dulu beraksi, tidak dulu unjuk gigi
Membiarkan wartawan termangu tanpa liputan berarti
Bukanlah menulis berita menjadi harga mati?
Listing berita terus mengejarmu
Wartawan tanpa berita? apa kata dunia



Deadline (part IV)
Sudahlah kita akhiri permusuhan ini
Karena kau yang membuat aku berkarya
Energi yang tidak terbantahkan
Meski aku dibuat jatuh bangun

Sudahlah kita akhiri permusuhan ini
Aku tidak akan lari dari kenyataan
Demi komitmen yang harus dipertahankan
Antara aku dan kamu

Sudahlah kita akhiri permusuhan ini
Sepertinya damai itu lebih indah
Aku akan memenuhi kewajibanku
Menjalankan semua titah, demi kamu.

Sudahlah kita akhiri permusuhan ini
Sekarang aku tidak akan lagi mengeluh
(By: Ucu)

Deadline (Part V)
Bukankah lebih penting mempertahkan kebahagian
Daripada menyerah pada komitmen bernama deadline



Dukamu adalah bahagiaku
Tangisanmu adalah cerita bagiku
Urusan nyawa hadiah buatku
Tragedy dan bencana apalagi itu
Aku dengan duniaku
Meski nurani semakin dipinggirkan
Egois yang merajai
Demi pekerjaan atau kepuasan?

RASA
Memikirkanmu mengubah pemahamanku tentang rasa yang ternyata masih sulit definisikan.
Menjamah hatimu serumit akalku menerjemahkan cinta.
Meloncat-loncat, mendekap rasa yang kini sudah memuncak.

Tentang aku yang teramat mencintaimu
Mengabdi dalam kesetiaan tanpa batas
Meskipun ada bimbang yang mulai meradang
Injinkan aku bertahan hingga Tuhan memberikan jalan terbaik untukku, untukmu dan untuk kita

Tentang aku yang teramat mencintaimu
Masih sulit menerjemahkan apakah aku bertepuk sebelah tangan
Terlalu perih jika kunikmati cinta sendiri
Tanpa bersuara..tanpa kata, tanpa nada asmara

Tentang aku yang teramat mencintaimu
Hingga tidak ada kesempatan untuk melihat keindahan dunia lain
Dunia yang mungkin lebih indah dari kamu
Tapi aku lebih  suka untuk menutup mata, krena tetap memilihmu


Pantai…

Sayang, sekarang aku sedang di Nusawiru
tidak sabar aku ingin segera melihat pantai
katanya di Pangandaran sedang ada festival laying-layang
pastinya lebih indah jika aku menikmatinya bersamamu


perih
kuharap perih ini segera berlalu…tapi rasanya jarum jam bertedak dengan sangat lambat..ingin segera aku menjemput bahagia di ujung sana..sebelum semuanya hilang. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar