Selasa, 16 November 2010

Gayus si Raja Fulus

LEBIH dari sepekan ini, Gayus Tambunan selalu mengjadi headline pemberitaan.  Dimulai ketika dia tertangkap kamera fotografer sebuah media saat menonton tenis di Nusa Dua Bali. Dengan rambut palsu dan kacamatanya, tidak mampu mengelabui pandangan orang untuk tidak mengatakan dia adalah Gayus si makelar kasus.


Sontak, keluarnya mafia pajak ini dari rutan Brimob, Depok, menjadi tamparan bagi Polri. Padahal, baru dua minggu Jendral Timur Pradopo menjabat sebagai Kapolri. Sebuah indikasi bahwa suap menyuap di tubuh penegak hukum itu masih akrab dilakoni.  Tidak tanggung-tanggung Gayus merogoh koceknya Rp 388 juta agar dia leluasa bisa keluar masuk sel tahanan. Ajaib bukan? penegakan hukum begitu longgarnya bagi orang yang memiliki duit. Gayus memang rajanya fulus. Dia tahu, institusi manapun dapat mudah disuapnya. Tidak terkecuali Polri juga kejaksaan. Karena isu suap menjadi bentuk simbiosis mutualisme, saling menguntungkan di tubuh institusi tersebut.
Gayus si raja fulus pun akhirnya mengakui orang yang di Bali itu adalah dirinya. Pernyataan itu dilontarkannya dalam sesi persidangan.  Dengan berurai air mata, dia mengatakan alasan kepergiannya, karena rindu dengan keluarganya. Seolah menjadi pembenaran, dia pun menyebutkan selain dirinya, para tahanan lainnya di Mako Brimod juga melakukan hal yang sama.
Skandal Gayus tak pelak merebut perhatian presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Dalam rapat terbatasnya, kemarin, SBY mengaku prihatin dengan buruknya sistem peradilan di tanah air. Meski begitu, SBY tidak akan mencampuri langkah dan kinerja Polri dalam menuntaskan kasus Gayus.**


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar