Sabtu, 18 Desember 2010

untuk calon anakku

UNTUK CALON ANAKKU
Ibu yakin dan percaya kelak ketika kamu lahir, kamu akan menjadi anak yang kuat. Kamu tidak pernah menyulitkan ibu, saat ibu harus berjibaku dengan pekerjaan.
Maafkan ibumu, saat kamu berada kurang nyaman di perut ibumu. Karena ibu, ternyata tidak
dapat istrahat dan memejamkan mata lebih lama dari yang kamu inginkan dan yang seharusnya.
Ibumu, harus bekerja untuk menyiapkan liputan. Bangun pagi sedikit beres-beres, mencuci piring, mengepel dan tidak lupa menyiapkan sarapan untuk ayahmu. Ibu masih sempatkan meminum segelas susu, untuk nutrisimu. Meskipun ibu seringkali menunda waktu sarapan, karena liputan yang sudah menunggu. Sekali lagi maafkan ibu.
Ibu percaya kamu akan menjadi anak yang kuat. Membanggakan ibu dan bapamu. Karena kamu
berani mengarungi banyaknya jalan berlubang dan deretan polisi tidur. Tapi, ibu jamin kamu akan aman berada di perut ibumu ini.
Ibu percaya, kamu akan menjadi anak pemberani. Karena ibumu tidak pernah mengajarkan kamu
penakut. Meski kamu masih berada dalam rahim ibumu, kamu sudah berani menembus rimba malam.
Teriknya matahari di siang hari, dan lebatnya hujan yang selalu menantang ibumu. Kamu sudah melalui itu, dan kamu tidak pernah mengeluh. Kamu adalah juara untukku..  

Rabu, 01 Desember 2010

sampurasun

SAMPURASUN...Rampes...Kata tersebut tidak pernah lupa diucapkan Walikota Cimahi H.M. Itoc Tochija dalam setiap kali kesempatan dan bertatap muka dengan siapapun. Kata Sampurasun  kini sudah akrab dan tidak hanya menjadi kosakata para orangtua tetapi populer juga dalam pergaulan anak-anak.
Sampurasun dan Rampes memang tidak dapat dipisahkan. Ketika ada orang yang mengucap
sampurasun maka jawabannya rampes. Dalam kesempatan acara sosialisasi tentang perundang-undangan Lingkungan Hidup, Itoc sempat bertutur soal kebiasaannya mengucapkan sampurasun. Sampurasun, Rampes artinya, tolong maafkan kami. "Mohon maaf  takut ada kesalahan", kata Itoc.
Ia mengatakan pengucapan kata Sampurasun yang dijawab Rampes merupakan salah satu kearifan
lokal terutama bagi masyarakat Sunda. Meskipun saat ini, dihadapkan pada kemajuaan zaman di era globalisasi bukan berari melupakan nilai-nilai budaya lokal. "Bumi dan tanah ini tidak berpindah, yang bergerak adalah manusiannya. jadi meskipun zaman sudah maju bukan berarti harus melupakan budaya lokal. Nilai-nilai budaya harus tetap terpelihara dan dilestarikan," ujarnya.
Kendati sudah akrab ditelinga, tidak salahnya untuk mengetahui filosofi kata sampurasun.
Dalam sejarahnya peradaban Sunda, kata Sampurasun merupakan singkatan dari Sampura
(hampura) yang artinya punten. Kata ini singkatan dari "abdi nyuhungkeun dihapunten" (Saya mohon dimaafkan). Sehingga, ketika seseorang mengucapkan Sampurasun maka jawabannya yaitu rampes, artinya baik dimaafkan (mangga dihapunten). Maka kata Sampurasun Rampes menjadi frase yang pengucapannya tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Kata ini biasa dipakai orang Sunda ketika bertamu ke rumah orang. Dipakai pula untuk
menyapa khalayak sebagai kata pembuka dalam kesempatan berpidato maupun memberikan sambutan.  Atau kata yang ditulis saat mengawali kalimat dalam surat. Sampurasun boleh jadi hanya secuil dari bentuk pelestarian kearifan lokal. Paling tidak, kata sederhana itu paling mudah dilakukan dan dipraktekan dalam perilaku kehidupan sehari-hari. Meskipun sejatinya, kearifan lokal dalam tatakrama Sunda tidak sekedar kata sampuran. (cucu sumiati/"GM")**